Minggu, 10 November 2019

BAZAR AISYIYAH PADA MILAD MUHAMMADIYAH 107 KABUPATEN JEMBER

Sebanyak 23 stand bazar terjajar rapi di depan Alun-Alun Kota Ambulu, Ahad (10/11). Bazar ini merupakan rangkaian resepsi Milad ke-107 Muhammadiyah yang mengangkat tema “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” ungkap Menich Chumaidah, SH., M.Hum, selaku penanggungjawab Stand Bazaar. “Bazarnya menarik banget ya, ramai juga. Di sini saya bisa beli macem-macem. Baju ada, makanan kecil ada, aksesoris ada, minuman ada, banyak juga produk-produk unik yang dijual di sini. Saking ramainya sampai uyek-uyekan begini”, ujar Maria Ulfah salah satu pengunjung asal Bangsalsari. Diungkapkan pula oleh salah satu Pengurus Daerah Aisyiyah Jember Ir. Wiwit Widiarti, Acara bazar dalam rangka resepsi Milad ke-107 Muhammadiyah ini digelar dari jam 06.30 sampai 15.00. Dalam bazar tersebut selain menghadirkan produk-produk dari Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) dari berbagai Pengurus Daerah Aisyiyah (PDA) juga hadir dari beberapa cabang seperti Pengurus Cabang Aisyiyah (PCA) se-Kabupaten Jember dan Universitas Muhammadiyah Jember. “Bazar ini selain buat kita jualan, juga bisa menampilkan berbagai macam produk baru. Kita bisa juga mengangkat potensi ekonomi daerah kita, dan juga memanfaatkan potensi kekayaan lokal daerah kita”, imbuh Juhairiyah, salah satu Pengurus Daerah ‘Aisyiyah Jember, yang asal Umbulsari ini. Mariah juga menambahkan bahwa dengan adanya bazar ini, diharapkan mampu memberi manfaat terutama dalam bidang ekonomi dan ketenagakerjaan. Selain itu, agar rangkaian acara Milad ke-107 Muhammadiyah dapat berjalan dengan lancer dan semarak, dan juga pada akhirnya warga Aisyiyah bisa menggunakan produk yang dibuat oleh ibu-ibu Aisyiyah. kunjungi : https://www.youtube.com/watch?v=kUbP4pyIVJI

Sabtu, 09 November 2019

MILAD 107 MUHAMMADIYAH

Pimpinan Pusat Muhammadiyah baru saja me-launching logo dan tema Milad Ke-107 Muhammadiyah. Perayaan hari kelahiran (milad) pada tahun ini akan dipusatkan di Yogyakarta pada 17-18 November 2019. Berumur 107 tahun (18 November 1912-18 November 2019) tergolong usia yang sangat matang untuk sebuah organisasi sosial keagamaan yang nirlaba. Apalagi dalam melaksanakan kegiatan, Muhammadiyah banyak mengandalkan pembiayaan secara mandiri. Tema “107 Tahun Muhammadiyah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” yang diusung sangat relevan dengan keseluruhan bidang garap Muhammadiyah. Sejauh ini bidang garap yang telah menunjukkan kesuksesan Muhammadiyah adalah pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial. Tiga bidang itu terkenal dengan sebutan Trisula Abad Pertama. Pada abad pertama, cerita sukses dakwah Muhammadiyah melalui pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial sungguh luar biasa. Bahkan menurut tertimoni Nurcholish Madjid alias Cak Nur, Muhammadiyah merupakan organisasi yang tersukses dalam sejarah pergerakan Islam. Bukan hanya di negeri tercinta. Cerita sukses Muhammadiyah juga menggema di dunia internasional. Kisah sukses Muhammadiyah terutama tampak pada pekembangan jumlah amal usaha yang dimilikinya Pada abad kedua ini, Muhammadiyah ingin mendorong peranan Lembaga Zakat, Infak, dan Shadaqah (Lazismu), pemberdayaan masyarakat, dan penanggulangan bencana. Tiga bidang ini popular disebut Trisula Abad Kedua. Melalui Lazismu, Majelis Pemberdayaan Masyarakat, dan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Persyarikatan ini ingin mengulang cerita sukses abad pertama. Dalam soal penanggulangan bencana, misalnya, dakwah melalui program ini penting karena negeri tercinta dikenal rawan bencana. Karena itu, di manapun ada bencana di situ Muhammadiyah pasti hadir. Bukan hanya bencana alam, Muhammadiyah juga selalu hadir setiap ada bencana kemanusiaan. Salah satu contoh, Muhammadiyah hadir di tengah-tengah konflik horisontal di Papua dan Papua Barat. Bahkan bukan hanya bencana di dalam negeri, Muhammadiyah juga hadir di Myanmar, Nepal, Filipina, dan Banglades, untuk membantu korban kemanusiaan. Dakwah pencerahan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dilakukan Muhammadiyah terutama melalui kegiatan pendidikan dan dakwah Islam. Tidak hanya di pusat kota, lembaga pendidikan Muhammadiyah juga hadir di seluruh penjuru Tanah Air. Bahkan di daerah-daerah minoritas Muslim di Indonesia Timur, pendidikan Muhammadiyah hadir untuk mendidik warga pribumi. Uniknya, di daerah minoritas Muslim ini sekolah dan kampus Muhammadiyah mendidik begitu banyak warga pribumi yang non-Muslim. Mereka pun tidak usah khawatir belajar di sekolah Muhammadiyah. Karena mereka akan tetap menjadi Kristiani, meski lulusan sekolah dan universitas Muhammadiyah. Kiprah Muhammadiyah dalam mencerdaskan bangsa merupakan teladan. Muhammadiyah bukan sekadar berwacana, melainkan hadir langsung mendidik warga bangsa tanpa melihat latar belakang etnik, budaya, dan agama. Akhirnya, diucapkan selamat milad ke-107 tahun Muhammadiyah tercinta. (*) Kolom oleh Biyanto, Dosen UINSA Surabaya dan Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. sumber : pwmu.co